#Tantanganmenulisgurusiana

#Hari ke-157

Bu Sum dan Pak Sam

(Pentigraf 42 Basri Wahid)

Tak disangka-sangka, menjelang usia pensiun yang tinggal dua tahun lagi, Bu Sum dimutasi. Bu Sum merasa kurang sreg dengan sekolah barunya itu. Bukan lantaran sekolahnya kurang bagus, malah ia dimutasi ke sekolah pavorit di kotanya. Yang menjadi persoalan adalah karena Bu Sum setiap hari akan bertemu dengan Pak Sam mantan kekasihnya itu yang juga sebentar lagi akan pensiun.

Walaupun mereka sudah sama-sama tua, dan masing-masing sudah mempunyai cucu, terkadang ada perasaan tak enak jika setiap hari harus berjumpa. Apalagi rekan-rekan guru sering mengolok-olok jika kebetulan mereka berdekatan. Bagi Pak Sam mungkin tak jadi masalah, malah senang bila mengingat kisahnya di waktu muda bersama Bu Sum. Pak Sam tak pernah menaruh dendam walaupun mereka tak berjodoh lantaran orang tua Bu Sum kurang setuju dengan Pak Sam. Namun bagi Bu Sum, ini merupakan masalah. Ia selalu merasa risih karena suaminya mengidap penyakit pencemburu berat.

Pak Sam mengirim pesan melalui WA-nya yang memberi tahu Bu Sum agar tak usah menghiraukan olok-olok teman-temannya. Anggap saja tak pernah terjadi apa-apa. Pak Sam berpesan bahwa jika Bu Sum bersikap seperti itu malah bisa ketahuan suaminya. Pak Sam mendapat balasan WA dari Bu Sum yang bertuliskan. “Tak perlu kamu mengirim WA seperti ini. Semuanya aku sudah tahu. Ini dari Pak Sin Suami Bu Sum”

Tanjungpandan, 14 Juli 2020