Bercerai Kita Teguh, Bersatu Kita Runtuh
#Tantanganmenulisgurusiana
#Tantangan hari ke-46
Agaknya judul di atas rada aneh. Mendadak kita canggung membacanya. Karena selama ini kita tahu bahwa peribahasa itu berbunyi “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.” Ya, memang itu seharusnya. Tapi sengaja saya balik menjadi seperti tertulis pada judul di atas.
Kita sering merasa aneh menghadapi sesuatu yang baru. Merasa canggung melakukan sesuatu di luar kebiasaan. Itulah gambaran situasi yang terjadi saat ini. Semuanya serba terbalik. Biasanya pagi-pagi kita sudah sibuk berangkat kerja, sibuk dengan urusan anak-anak ke sekolah, tetapi akhir-akhir ini malah kita disuruh berada di rumah. Biasanya kita dengan bebas berkomunikasi kapan dan di mana saja, sekarang harus menjaga jarak, dan tak diperkenankan untuk berkumpul. Biasanya kita tidak sadar untuk menjaga kesehatan, sekarang kita dituntut untuk berperilaku hidup bersih dengan tingkat kewaspadaan yang tinggi.
Merebaknya virus Covid 19, telah membuat segalanya berubah. Mulai dari perilaku kita, hingga berbagai program dan rencana yang telah dijadwalkan pun berubah. Bencana ini telah menyita perhatian, menguras tenaga, hingga tak sedikit membuahkan kekecewaan karena sesuatu yang direncakan menjadi batal.
Acara resepsi pernikahan, misalnya sudah direncanakan secara matang dan sudah siap untuk digelar harus batal sementara waktu hingga menuai kekecewaan yang dalam bagi keluarga dan calon kedua mempelai. Ujian Nasional pun yang sudah dipersiapkan secara matang harus dibatalkan, walau rencana peniadaan UN baru akan diakukan tahun 2021 nanti. Semua berubah secara mendadak karena situasi yang tak memungkinkan.
Kita ditutut harus rela dan siap menerima perubahan itu demi menjaga berbagai kemungkinan buruk. Mencegah lebih baik daripada mengobati. Biarkanlah untuk sementara waktu kita menahan diri kita, mendisiplinkan diri untuk melakukan sesuatu yang dianggap baru, sesuatu yang mungkin dirasa canggung demi kebaikan bersama.
Maka tak salah jika saya mengubah peribahasa lama yang menyatakan “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh” menjadi sebaliknya“bercerai kita teguh, bersatu kita runtuh”. Hal ini sesuai dengan situasi sekarang inI mengharuskan kita untuk berubah untuk sementara waktu, dengan istilah social distancing. Kita bercerai dulu, menjaga jarak, tidak berkumpul supaya kita tetap sehat dan teguh berdiri. Namun sebaliknya jika kita bersatu, dalam arti berkumpul bukan mustahil kita akan tumbang, atau runtuh karena terpapar virus yang mematikan itu.
Tidak gampang mengubah suatu kebiasaan walaupun hanya untuk sementara. Masih banyak saudara kita yang ingkar, tidak mengindahkan aturan yang telah ditetapkan. Mereka tidak hati-hati dengan berbagai kemungkinan. Mereka tidak sadar bahwa ketidakhati-hatian mereka akan berpengaruh terhadap keselamatan orang lain.
Mungkin ada juga mengatakan dengan yakinnya tidak perlu takut dengan virus. Segalanya sudah ketentuan yang Maha kuasa. Hidup dan mati sudah diatur oleh yang mahakuasa. Namun sebagai manusia tentu kita harus berikhtiar. Bukankah takdir atau keputusan Allah itu berdasarkan ikhtiar yang kita lakukan? Hukum sebab akibat tetap berperan dalam melahirkan keputusan Allah. Kalaupun kita sudah berikhtiar dan masih terjangkit juga, itulah namanya takdir. Kita tetap meyakini bahwa segala sesuatu datangnya dari Allah penguasa jagad raya ini.
Maka jangan merasa canggung terhadap perubahan di luar kebiasaan kita. Marilah kita mengubah kebiasaan kita. Ikuti aturan yang telah ditetapkan biar kita terhindar dari virus yang mematikan ini, seraya tak henti-hentinya berdoa memohon perlindungan agar musibah ini segara berakhir. Ingat, “bercerai kita teguh, bersatu kita runtuh”. Tapi jangan antarsuami-istri lho!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sy gak aneh pak dg judulnua sebab tadi pagi sdh ada WA yg kirim meme spt itu. Good pak artikelnya
O ya? Saya malah belum tahu
Mantap. Bercerai sementara wktu demi kebaikan jangan bandel ikuti imbauan.
Benar buk
Mudah2an peribahasa ini hny dipakai sementare, jgn sampai keterusan, klo situasi sdh normal segera kita balik lg seperti semula, hehe...
Benar buk
La gawat Pak.klo.peribahasa itu berlaku untyk suami istri
He he
Judul yang keren sesuai dengan sikon.
Betul buk
Judul yang keren sesuai dengan sikon.
Mantap. Sangat menginspirasi.
Terimakasih pak
Pak Bas yang paling benar adalah Bersatu Kita Teguh Bercerai ke KUA, hehehe....
He he
Mantul kik
Trims
Kan peno Pengadilan Agama klo semboyannye untuk suami istri, hehehe. Keren Pak artikelnye.
Auk ne
Biasanya diwajibkan sholat berjamaah , sekarang malah lebih baik di rumah (utk sementara) Benar juga peribahasa diatas ya pak .. hehheeh
He he betul bu, sudah terbalik
Bercerai untuk sementara, untuk kebaikan bersamaStay at home
Betul buk